Tak salah jika Ibu dibantu pembantu, pengasuh, baby sitter dan nanny dalam mengasuh anak, karena mengasuh memang melelahkan. Tapi anda perlu berhati-hati memperlakukan pembantu, karena bisa saja perlakuan anda akan berdampak terhadap pola asuh pembantu ke anak.
Film ini bercerita tentang kehidupan rasis antara kulit putih dan hitam di sebuah kota bernama Jackson di Amerika. Tentang kesenjangan sosial antara majikan dengan pembantu. Ini bukan tentang gerakan revolusioner atau politik. Ini tentang keseharian orang-orang yang mengaku beradab tetapi pada kenyataannya membeda-bedakan warna kulit, orang-orang yang terlihat peduli dengan orang lain yang jauh, tetapi pada yang dekat ia semena-mena. Untungnya, para pembantu di film ini sangat professional. Mereka tidak menyakiti anak-anak meski orang tuanya memperlakukan mereka dengan tidak cukup baik.
Seperti di adegan tokoh Hills mengadakan charity untuk warga di Afrika yang notabene berkulit gelap padahal ia sendiri rasis dengan pembantunya yang berkulit gelap; Hills menggagas ide untuk membuat toilet sendiri bagi pembantu kulit hitam di luar rumah karena khawatir mereka bisa menularkan penyakit (karena mereka berkulit hitam). Para pembantu tidak diperbolehkan memakai toilet selain yang dikhususkan untuk mereka, sekalipun urgen, atau resikonya bisa dipecat. Sebuah ironi lain juga dipaparkan bagaimana majikan lainnya tidak dapat bersentuhan secara leluasa dengan pembantunya karena ada batasan-batasan perbedaan warna kulit di daerah Jackson , bukan karena aurat lho ya tetapi sama jenis kelamin pun ga bisa sentuhan, tetapi disatu sisi mereka mempercayakan anak-anaknya diasuh oleh pembantunya yang berkulit hitam. Disuapi. Diajari. Digantikan popoknya dan sebagainya, singkatnya disentuh. Syukurnya, di film ini digambarkan para pembantu tetap menyayangi anak-anak majikan dan tidak menyiksa atau meracun susu mereka biar lelap tidur.
Kita dibuat berpikir, apa bedanya orang-orang sekarang dengan yang di film ini? memang persoalan perbedaan warna ini bisa dibilang sudah usai secara historikal. Tetapi masih terasa hingga sekarang. Kan ada tuh film di tv swasta, majikan yang songongnya minta ampun sama pembantu. Di dunia nyata sih saya belum ketemu yang begitu tapi mana tahu kan di belahan daerah lain di Indonesia, ada. Film ini bisa banget ditonton sama keluarga, sang anak bisa bisikin ke Mamah “tuh Mah, jangan kejam gitu sama si mbok”. Kalau dalam hati, barangkali ada yang mengakui perlakuan mereka sebagai majikan kurang lebih sama dengan yang terjadi di film ini, hahaha jangan terima makanan, anda patut was-was setelah menonton ini. Lah…? lihat endingnya gih dah.
Selain karena akting para pemainnya yang menurut saya paripurna, dengan jalan cerita yang bagus, film ini layak ditonton bersama keluarga, tidak ada adegan sensual dan kekerasan. Film ini bagus untuk dijadikan refleksi bagi para orang tua bagaimana memperlakukan mereka yang berjasa membantu mengurus anak. Mereka tidak akan jadi Ibu kedua, pengganti anda. Tapi mereka bisa saja berkorban untuk anda dan anak anda seperti di film ini, pembantu kulit hitam melindungi anak majikannya dari badai, sambil diselingi “18 people died in Jackson that day. 10 white and 8 black. God don’t pay no mind to color once he decide to set a tornado loose.“
Epic!