Disclaimer: Tulisan ini gumamam saya di sela kerja dan tidak ada teman bicara untuk bahas ini hahaha. Anggap lagi ngobrol sama teman ya, jadi kadang tidak ada sumber, ngobrol pakai modal ingatan yang tipis-tipis plus kopi.
Flashback
Dulu ada Negara bernama Uni Soviet dan Amerika sama-sama bekerjasama mengatasi dan menjadi tim di perang dunia kedua. Setelah mereka berhasil, lalu bagi-bagi wilayah dari negara yang kalah perang. Jerman barat dimiliki AS cs dan Jerman Timur dibawahi Uni Sovyet. Uni Sovyet kala itu menganut komunis dan pemimpinnya Stalin dikenal diktator dan tirani.
Singkat cerita Amerika khawatir karena ya bayangin aja ada negara dengan luas yang besar, dipimpin pemimpin yang “lu senggol gw bacok” plus kemiliteran Uni Sovyet luar biasa pada waktu itu. Khawatir pengaruh sosialis-komunis akan meluas dan cemas Uni Sovyet akan menginvasi mereka, lalu mereka membentuk NATO- sejenis aliansi beberapa negara untuk mengambil langkah kalau-kalau uni sovyet mengambil langkah-langkah yang mereka khawatirkan misalnya perang fisik.
After that, Uni Sovyet memahami itu dan membentuk Pakta Warsawa (aliansi militer dengan beberapa negara juga yang pro uni sovyet) untuk “handle” NATO; bilamana mereka juga mengambil langkah-langkah yang membahayakan bagi Uni Sovyet dan negara lainnya. However, zaman kian berubah, long story short, pakta warsawa dibubarkan, tetapi NATO masih ada hingga sekarang dan berkembang.
Jadi in conclusion kedua negara ini dulunya saling khawatir akan meluasnya ideologi masing-masing, demokrasi ga mau komunis meluas, pun sebaliknya. Amerika khawatir Uni Sovyet akan invansi dan bentuk NATO, Uni sovyet juga khawatir akan dijegal Amerika cs, lalu mereka perang dingin. Similarly, kalo kita temenan terus kita akhirnya ga cocok-berantem tapi ga sampe pukul-pukulan, “lu punya hp baru? lu liat nih gw juga punya entar“, atau lu punya motor baru lu geber depan rumah temen lu itu. Nah kayak gitulah ya perang dingin mereka.
However, Uni Soviet mulai terpecah-pecah dan sampai sekarang mereka sudah jadi negara yang berdaulat, diantaranya Ukraina dan Russia. Then, kenapa Rusia yang diidentikkan dengan Uni Sovyet? And as a matter of fact, kenapa NATO belum bubar padahal Uni Sovyet sudah disintegrasi?
Kenapa ya?
Ya mungkin karena Russia daerahnya luas, juga ibukota Uni Sovyet dulunya Moskow trus Moskow adanya di Rusia. Dipimpin pemimpin yang citranya tu “wes maju aelah“, militernya berkembang, ekonominya juga, jadi semacam pesainglah. Mirip kayak jaman Uni Sovyet dulu. In addition, Rusia bangun aliansi juga namanya CSTO, semacam warsawa versi modern. Bisa jadi karena NATO ga bubar jadi Rusia khawatir juga (perkembangan jaman membuat negara-negara NATO juga kuat militernya dan ekonominya dll). Sehingga menurut saya, secara formil tampaknya perang dingin antar mereka kelar, tapi belum, mereka masih lanjut. In that case, getar-getar gemes-gemes pengen ngerunyel itu masih ada diantara mereka.
Perkembangan Kini
Puncaknya mereka memanas saat Ukraina ingin masuk NATO, dan uniknya NATO awalnya tampak seperti mengiyakan, dan itu men-trigger Rusia untuk ngambil tindakan dulu sebelum keduluan. For instance, Rusia melakukan operasi khusus di Ukraina, dan begitu operasi khusus Rusia ke Ukraina berjalan, NATO menampik mau menerima Ukraina.
Ya memang, ancaman itu sebetulnya bukan fisik saja, tapi dari omongan. In other words, kalau Zelensky pemimpin Ukraina ngomong mau masuk NATO mungkin bagi Putin itu semacam ancaman “gw masuk NATO ah, lu kan musuhan ma NATO“, apalagi yang ngomong adalah Presiden sendiri tentu ga bisa digampangkan, trus NATO-nya “yuk yuk sini join, lu Rusia gak diajak“.
Wadidaw, kenapa Rusia ga mau banget kalau Ukraina masuk NATO?
Kalau Ukraina masuk NATO, kan Rusia khawatir negara NATO seperti Amerika jadi semacam punya izin untuk naruh beberapa alat militer atau tentaranya di Ukraina, atau pangkalan perang misalnya. For example, karena “kan kita cs, udah kerjasama, ini kita bangun pangkalan ya buat latihan militer bareng doang“, Rusia mungkin makin ga berkutik kalau itu terjadi. Above all, secara peta pun, Ukraina ini posisinya semacam pintu Rusia, lautnya, datarannya, sangat meleluasakan bagi negara-negara lain untuk ‘merapatkan barisan’ ke Rusia melalui Ukraina.
Kenapa Ukraina ingin merapat ke NATO?
Padahal kalau mengingat sejarah jaman dulu, as has been noted, ada pelanggaran janji-janji NATO ke Rusia dari era periode-periode sebelum Putin. Yang gw ingat juga ada kejadian Rusia naruh rudal balistik di dekat perbatasan Amerika dan mereka makin bersitegang, dan berbagai peristiwa lainnya yang terekam tipis-tipis di kepala gw. In addition, diduga keterlibatan Amerika sebagai dalang di beberapa konflik berdarah di negara-negara lain. Kenapa masih naruh harapan bergabung di NATO? masih percaya gitu lho.
Okelah Ukraina bisa jadi kesal karena beberapa tahun sebelumnya Krimea lepaslah dari Ukraina ke Rusia. Ukraina mungkin paham dan mengukur kekuatannya, kalau ga masuk ke NATO, ga nutup kemungkinan Rusia akan intervensi wilayah dan pemerintahan mereka (lagi) nanti. Jadi Ukraina cari ‘mitra’ kuat, ya NATO, selain punya history tidak akrab dengan Rusia, NATO juga beranggotakan beberapa negara yang siap bantu jika anggota NATO diserang. Oke cus kita masuk NATO. Gitu sih ya yang ada di benak gw, jadi mereka, baik Rusia maupun Ukraina sama-sama dalam keadaan terdesak. Ukraina ga minta masuk NATO pun, tetap was-was akan Rusia. Similarly, Rusia kalaupun Ukraina netral pun tetap was-was dan kedua negara ini akan saling terus ngawasin gerak-gerik masing-masing. Komentar Zelensky dan respon positif NATO (walau ujungnya di PHP) mempercepat kemungkinan untuk konflik lebih besar.
Temporary Conclusion
Sejarah Uni Sovyet-NATO-Rusia-Ukraina-Amerika memang ga sederhana, ada konflik panjang. Therefore, gambaran besar yang melintas di pikiran gw, semua ini adalah rencana pancingan yang berhasil dipancing.
Ukraina Medan Pertemuan
Di otak gw, in other words, kira-kira gini “kalau dua negara kuat ribut langsung, katakanlah negara A konfrontasi langsung ke negara B di tanah B, maka B akan balik balas serang A di tanah A. Kedua warga di tanah tersebut jadi korban. Maka A giring medan perang di tanah C dan B paham maksud A dan oke, kita ketemu di daerah C” ngerti ga? mungkin gw kebanyakan nonton berita anak STM tawuran atau geng motor berantem, janjian dimana, kode-kodean. Tapi ya gitu yang terlintas di kepala gw.
Karena A dan B bukan person tapi Negara, tentu ada skema politik, citra, dalih dan kebijakan internasional yang dimainkan. Pun biar menang, harus saling tekan. Karena B juga ga diem, tapi menekan juga. Kalau kalah jumlah, harus menang di hal lain. Biar seri atau menang mutlak. At any rate, ga ada kalah pokoknya. Gitu sepertinya A dan B tu.
Rumitnya lagi, ga sekedar antara A dan B aja. Furthermore, A bawa temen, B bawa temen, kemana? ke tanah C, ke elu. Yang rugi siapa? elu dan keluarga lu di tanah lu. Gara-gara apa? karena lu ga liat skema besarnya (sok iye banget gw wkwkkw), maksud gw, C kecepetan ngomong mau gabungnya, A belum sempet cover proyek-proyek di tanah C, eh B udah dateng duluan. Ura!, ajajajaja. Kidding bosque.
Bisa jadi A belum prepare banget, sambil masih ukur kekuatan B, sanksi dulu aja B, ajakin yang lain. Under those circumstances, kirim tipis-tipis anggota grup ke daerah C agar jalannya ribut itu bisa ulur waktu kayak gitu kan bisa bikin capek, negara-negara lain yang kena imbas juga capek, non blok bisa ngeblok nanti, trus pada ga sabar lagi karena dampak global berkelanjutan, akhirnya “skuylah kita cabs ke tanah C ributin B biar kelar”. Well, while this maybe true.
Apalagi B udah senja usia, jadi grup A sambil ngukur kekuatan dan persiapan, pas kondisi B dah capek males dahlah, nah pas itu kali ya mulai total confrontation trus kalah trus dilucuti persenjataan B dikuasai grup A dengan dalih “diamankan”.
Bagaimana saya menanggapi ini?
In conclusion, ya… banyak amal, wkwkkw ya apa dong? dalam agama yang saya yakini, diwajibkan meyakini hari akhir (kiamat). Kiamat pasti terjadi dan makin dekat, ga mungkin makin jauh, Salah satu tanda terjadinya akan ada huru hara besar dulu, dan nanti perangnya tu pakai pedang ma kuda ma panah, ma sajam, kayak jaman dulu.
Di nalar saya, with this purpose in mind, berarti perang nuklir udah jadi, semua balik ke masa nol, bank hancur, riba ga ada, senjata hancur semua, banyak orang mati. Setelah itu ya balik awal, kalo teknologi habis, sumber daya habis, otomatis senjata yang ada dan yang dimungkinkan untuk dibuat ya senjata tajam seperti pisau, pedang, panah, sumpit maut, dll balik jaman dulu dah. Even if, Transport ga ada ya otomatis pakai kuda. Makanya ramai belakangan ini orang belajar bela diri, gulat, pedang, panahan, naik kuda, ya semacam antisipasi. Ga salah kok, karena siapa yang bisa menjamin mereka ga saling luncurkan nuklir dan sapurata kita punya rumah?
Makanya peristiwa ini secara umum makin banyak diamati orang. Negara-negara lain atau mayoritas penduduk dunia menganggap perang Israel-Palestina dan negara-negara lainnya itu skalanya tidak memicu konflik nuklir. Tidak mengancam keselamatan mereka, therefore, dalihnya “itu perang agama” dan sebagainya. Sedangkan Rusia dan Amerika, similarly, keduanya punya nuklir, punya sejarah yang ga akur, sama-sama mau nunjukin kekuatan.
Amerika Dalam Hal Ini
Amerika yang image-nya tercoreng seperti penuh standar ganda, bias, dlsb, bisa saja melemahkan dukungan warga dunia terhadapnya. Gini misalnya, kalau suatu negara berhubungan baik dengannya, tapi penduduknya protes terus terhadap kebijakan pemerintah dan menekan untuk ga condong ke Amerika, bisa saja kan berpengaruh. Moreover, waktu operasi khusus Rusia ke Ukraina ditemukan laboratorium biologis yang sedang dikerjakan Amerika di Ukraina, begitu penemuan itu di up ke public, seketika ramai pembicaraan tentang itu. Media barat lalu significantly memblokir pemberitaan kabar dari Rusia. Sekarang aja sudah agak sulit nemu tentang Rusia di beberapa media online, “konten ini tidak tersedia”, gitu terus.
Moreover, Amerika belum terlihat ikut campur militer terang-terangan, karena masih hitung langkah, sejauh apa Rusia akan ngambil tindakan, Negara-negara pasti khawatir apakah ini bisa memicu perang dunia ketiga. Salah-salah, belum mulai perang ketiga udah lenyap aja semua ma nuklir. Cara yang paling masuk akal ya sanksi. Adu kuat-kuatan nahan sanksi. Masalahnya, sanksi yang dijatuhkan negara lain ke Rusia efeknya seperti boomerang.
Ditambah lagi Rusia temannya China. China adalah negara yang berkembang pesat, dan mampu bersaing di kancah Internasional, ekonomi, militer, teknologi, dsb. What’s more di tahun 2010 aja China berhasil melampaui Jepang dan naik jadi rank 2 Negara dengan Ekonomi terbesar. Amerika ada lawan nih, perang dagang. Therefore, dengan berbagai peristiwa, bisa dibilang China dan Amerika ga harmonis-romantis banget. Kecenderungan China untuk patuh pada Amerika mungkin dikit dan tetap bantu Rusia, trus Amerika cs akan sanksi lagi, lagi dan lagi.
Soal waktu tahan-tahanan aja.
Closing
Mencermati situasi itu, firstly, ada baiknya sih kita belajar dari China seperti bikin aplikasi chatting sendiri, bikin pembayaran atm sendiri, dsb. Jaga-jaga kalau sesuatu terjadi dan kita kena sanksi, kita ga nol-nol banget kalau apa-apa diblokir atau diembargo. Secondly, Kita juga perlu belajar apa kelemahan ‘calon musuh’ kita, kita ekspor banyak dibagian itu. Kayak Rusia masok gas ke berbagai Negara, jadi mau jatuhin sanksi pun ga semenit jadi, paling ga bisa bikin mereka mikir dulu, ulur waktu, before “gw koit, lu koit“. Ajajaja.
Thirdly, cari ally yang kuat buat bantu kalau kenapa-kenapa, koneksilah. Kenali dari sekarang mana yang beneran bisa dijadiin ally. Dari segi ekonomi selain kita kuatin pangan sendiri, kita juga perlu ningkatin ekspor untuk membuat negara lain bergantung juga ma kita. Menurut gw sih gitu ya. To illustrate, Pala. Kalau perang kan kulkas dan listrik susah, apa yang dipakai ngawetin makanan? pala. Kalau makanan kita awet, punya sedikit pun masih bisa bertahan agak lamalah.
Moreover, ayo kita prepare bersama. Dari ibadah yang kenceng, kerja halal, lunasin hutang dan sedekah yang banyak, sampai melatih dan mengasah skill kehidupan. In this situation, kita bisa aja ga hidup pas nuklir, tapi keturunan kita siapa tahu masih ada umur. Bekali mereka juga dengan pemahaman agama dan basic skills. Above all, Bismillah, hanya kepadaNyalah kita meminta pertolongan.