Sebelum kita mencapai pada tahapan cara melindungi kulit kulit dari sinar uva dan uvb, ada baiknya kita tahu dulu basic info soal sunscreen dan uv rays. Tulisan kali ini akan membahas: mengapa uva dan uvb berbahaya, apa perbedaan spf dan pa juga broad spectrum yang ada pada produk sunscreen. Samakah sunscreen dengan sunblock. Cara kerja physical sunscreen dan mineral sunscreen dan dampak uva dan uvb di kulit. Perlukah double cleansing setelah pemakaian sunscreen. Haruskah tiap 2 jam sekali mengaplikasikan ulang sunscreen di wajah. Apakah SPF tinggi itu bagus untuk digunakan.
Terakhir, apa yang menjadi bahan pertimbangan saat membeli sunscreen dan cara untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari selain berdiam diri dirumah.
Pengetahuan Dasar Tentang Sunscreen
Matahari bersinar. Sinarnya yang terang benderang itu memancarkan yang namanya radiasi elektromagnetik. Radiasinya sampai ke bumi ditransmisikan/dihantar melalui apa yang disebut sebagai gelombang elektromagnetik. Secara umum, gelombang elektromagnetik ini dibagi 3.
- cahaya tampak (yang bisa dilihat manusia)
- Sinar infrared (tidak bisa dilihat manusia)
- Sinar ultraviolet (tidak bisa dilihat manusia)
kemudian, ada 3 jenis sinar ultraviolet (UV) yaitu UVA, UVB, UVC. Yang berfungsi utama menyaring ini adalah lapisan ozon yang ada di lapisan kedua (stratosfer) dari bumi.

UVC belum masuk langsung ke bumi. Yang masuk baru UVA dan UVB. Tapi lebih banyak UVA yang masuk. UVB tertahan juga di lapisan ozon bareng UVC, tapi UVB masih bisa nembus tipis-tipis. Kenapa UVC belum masuk? Karena garis UVC itu pendek, ga jauh gitu, itupun udah dibantu lapisan-lapisan langit nyerap dan nahan UVC. UVA dan UVB ini yang garisnya panjang, jarak tembusnya.

Ini nih makanya penting menjaga lapisan ozon karena kalau UVC masuk, kacau kita bos. Karena denger-denger, efeknya luar biasa. Tambah lagi UVB bisa nerobos dan UVA bisa masuk total. Pernah denger kan dari global warming menjadi global warning? Itu karena lapisan ozon sudah rusak dan bolong. Terbaru, ada kabar ditemukan lubang ozon di Antartika. Maybe itu salah satu penyebab mencairnya lapisan es di sana? Hm.. gw ngetik ini niat skincare, kenapa mau nangis pengen tobat…
Tapi Masya Allah, ini juga kali ya kenapa manusia disebut sempurna. Karena tubuh kita pun ga leha-leha. Mereka pun ngeh nih ada uv masuk, ngasi perlawanan dan pertahanan, dengan cara kulit memproduksi MELANIN. Itulah kenapa kulit kita ada noda-noda hitam atau cokelat. Itu bentuk perlawanan kulit kita dan juga cara tubuh berkomunikasi “ada uv masuk, sunscreen please”. Tapi kita cuekin. Ga kita bantu perjuangan mereka dengan pakai susncreen Lama-lama kewalahan geng melanin sedangkan UVA UVB terus nerobos masuk, bebas tanpa pertahanan sunscreen. Apalagi kalo terpapar sinar UVA UVB terus-menerus dalam jangka waktu yang lama, jadilah persoalan kulit yang bahaya misalnya seperti kanker kulit.
Udah ngeri? Nahhh makanya sering banget denger “SPF SPF SPF” . Karena memang sepenting itu buibu. Lapisan langit aja dia tembus apalagi kulit. Bisa dibakarnya itu lapisan kulit. Makanya bisa muncul kemerahan, kulit ngelupas, panas, trus kulit kita dibikin kelihatan tua, keriput.
Menggelapkan Kulit Bukan Solusi Utama
Dari beberapa artikel yang pernah kubaca, manusia dengan kulit alami berwarna hitam lebih mampu menahan sinar uv ketimbang yang berwarna putih. Akan tetapi, beberapa orang mungkin ngiranya berjemur (tanning) dibawah sinar matahari itu semacam dapat memperkuat mekanisme pertahanan kulit. Karena tubuh bereaksi ada uv masuk. Jadilah mereka mencoklat, menggelap. Sama kayak orang berpikir tentang imun, virus ‘sengaja’ dimasukin biar tubuh kebal. Tapi situs kanker dan FDA menerangkan, ga ada hal semacam gitu untuk sinar UVA UVB. Tanning, baik itu dibawah sinar mentari atau tanning bed (di tempat yang ala-ala terowongan atau peti gitu), semuanya berbahaya. dapat meningkatkan resiko kanker kulit tetapi tidak dapat melindungi diri dari dampak sinar UVA dan UVB.
Orang-orang yang berjemur pun, mereka ngoles sunscreen, kayak berenang pun pake. Sudah banyak yang aware soal ini. Pernah kan lihat kan, orang pake bikini berjemur, yang ga gelap cuma bagian yang ditutupi aja sama bikininya. Pada bagian yang tidak tertutupi, kulitnya cokelat memerah semua dan timbul bintik cokelat hasil dari sunburn (kulitnya terbakar). Padahal itu sudah pakai sunblock dan atau sunscreen yang dioles secara berkala berulang-ulang kali. Bayangkan kalau enggak. Itulah mengapa sunscreen ga bisa dijadikan dinding sandaran satu-satunya untuk proteksi kulit. tetapi perlu item lain seperti pakaian, topi, kacamata, dan lainnya.
SPF dan PA Tinggi Apakah Broad Spectrum?
SPF singkatan dari Sun Protection Factor sebetulnya adalah ukuran proteksi untuk UVB. Sedangkan PA (Protection Grade of UVA) adalah ukuran proteksi UVA. UVB dapat mengakibatkan sunburn di kulit, UVA menembus lebih dalam ke kulit dan menuakan kulit. Keduanya jika dibiarkan terus-terusan dapat menimbulkan penyakit kulit serius seperti kanker kulit. Ukuran + (plus atau tanda tambah) pada PA menunjukkan tingkatan perlindungan terhadap sinar UV.
PA+ = Some UVA protection
PA++ = Moderate UVA protection
PA+++ = High UVA protection
PA++++ = Extremely High UVA protection
Sedangkan produk berlabelkan broad spectrum artinya dapat memproteksi kulit dari uvb dan uva. Namun jangan khawatir bila sunscreen dan sunblockmu tidak tertera broad spectrum, karena label tersebut lazim ditemukan pada produk luar negeri seperti amerika dan eropa karena regulasinya begitu. Asia, lazimnya menuliskan SPF dan PA+ untuk informasi produknya mengandung bahan yang dapat memproteksi kulit dari sinar uvb dan uva.
Perlindungan sunscreen di kulit juga bergantung pada jenis kulit, jumlah takaran sunscreen yang diaplikasikan serta pengaplikasian ulang. Jika kita menggunakan spf 30 pun, dan kita rutin re-aplikasi secara berkala akan lebih efektif ketimbang sekali pakai spf 50 tanpa re-aplikasi, apalagi kalau lagi di pantai atau kerja lapangan yang memang terpapar sinar matahari langsung.
Selain mencari produk sunscreen yang tertera broad spectrum untuk perlindungan uva dan uvb, aplikasikan ulang secara berkala dan pakai dengan takaran yang dianjurkan. Umumnya dua ruas jari (telunjuk dan tengah) untuk wajah, di re-aplikasi tiap dua jam sekali. Tiap ukuran jari kan beda-beda trus jari siapa yang jadi ukuran standar? Ga usah banyakan mikir ya nek. Itu tuh kayak kepalan tanganmu adalah ukuran jantungmu. Tau itu ga? Nah kira-kira dua jari lu itu udah cukup sama muka lu masing-masing.
SPF 15 oke oke saja dipakai jika aktifitas kita kebanyakan indoor. SPF 30 atau keatas digunakan jika aktifitas kita dominan diluar. Namun untuk menghemat, mending beli yang 30 sudah bisa untuk indoor dan outdoor. Ada gunanya juga jadi tim mendang-mending.
Kapan melakukan reaplikasi sunsscreen? saya pribadi reaplikasi sunscreen dilakukan tiap masuk waktu shalat atau setelah sholat. Patokannya adzan. Tetapi jika aktifitasnya di lapangan seperti melakukan pengukuran di sawah, ladang, dan area luas lapang lainnya dari pagi – zuhur itu outdoor, mungkin bahkan berenang, ya sebelum adzan zuhur sudah saya reaplikasi sunscreen bisa per jam saya balurin terus.
Selain diam dirumah, apa yang bisa kita lakukan untuk melindungi diri dari sinar uva dan uvb?
Secara umum, ini hal yang bisa kita lakukan.
- Bantu lapisan ozon sehat
- Beli sunscreen.
- Aplikasikan sunscreen. Kalau sunscreen yang kamu punya harganya lumayan trus kamu hemat-hemat pakenya untuk muka aja tapi tubuh enggak, ya pastikan tubuh kamu tertutupi pakaian, kakinya juga pakein kaos kaki, karena lumayan bisa halau-halau.
- Jangan lupa topi, kacamata, sweater kepala, atau jilbabnya jangan lupa dipakai juga kakakkk


Lingkaran setan problema kulit wajah tanpa sunscreen

Alkisah, kita ingin muka glowing, bersih, sehat, awet muda, skincare-an tapi ga sunscreenan. Nah, kalau sudah muka banyak flek hitam, trus pake skincare ini itu ngerasa kok lambat hasilnya, pengen beli yang mahal belum tentu ngefek, dan, karena ga sabar akhirnya pake krim bebas ‘abalan’ yang mengandung hydroquinon. Hydroquinon itu memang bisa memutihkan, bersih dan cerah karena cara kerjanya menghambat melanin. Tapi penggunannya harus wajib makenya dibawah resep, pengawasan dan intruksi dokter karena ada banyak yang ditanyain terkait nanti efek sampingnya dan persoalan kulit yang dialami pasien, perlu ga itu, berapa persen dsb, dokter spesialis kulit itu punya bagian.
Logika gw begini, katakanlah, kita pake krim abalan yang ada hydroquinon, pas udah pake, cerah, bagus, bersih, dan tetep ga pake sunscreen, melanin mau bereaksi ngelindungin kulit pun merasa kesulitan karena terhambat sama hydroquinon. Akhirnya? Auto damage. Kulit rusak kena sinar UVA UVB, karena Hydroquinon, dan karena melanin yang kesel dan rusak.

Ada lagi selain itu. Kita sudah pakai produk yang cocok dan ngefek di kulit kita katakanlah produk mencerahkan. tetapi di pagi hari saat beraktifitas, kita tidak menggunakan sunscreen atau sunblock. Itu kan sia-sia. Kerja dua kali.
Daripada memakai produk dengan kandungan berbahaya (terkecuali jika dengan resep dokter) dan agar kulit ga capek sendiri, juga untuk ikhstiar menghindari dari penyakit kulit dan lainnya. Maka hal termudah yang bisa dilakukan untuk perawatan dan menjaga kulit adalah memakai sunscreen.
Untuk Perlindungan Kulit, Lebih Baik Pakai Sunscreen Yang Mana? Physical or Chemical?
Sebelum kesana, ada baiknya kita pahami dulu tentang perbedaan mereka. Physical Sunscreen or Sunblock disebut juga Mineral Sunscreen. Ciri-ciri jika sunscreen yang kamu punya adalah tipe physical, terdapat kandungan aktif yaitu zinc oxide dan titanium dioxide atau salah satu diantara itu. Mineral Sunscreen terkenal dari dulu dengan whitecast-nya, susah dibaur, tekstur produk seperti berat. Ini dikarenakan cara kerjanya membentuk lapisan di kulit untuk menghalau sinar uv. Semacam bapak-bapak satpam galak di wajah kita, uv baru mau masuk sudah diusir. Jadi uv ga masuk karena sudah diblock oleh sunblock. Got it?
Sedangkan untuk chemical sunscreen, teksurnya lebih mudah dibaur, tidak seberat physical / mineral sunscreen, dan nyaris tidak ada whitecast. Cara kerjanya, chemical sunscreen masuk ke dalam kulit. Sinar uv dibiarkan masuk tapi bukan untuk dijamu, melainkan disakiti terlebih dahulu lalu diusir keluar kulit. Sinar uv yang masuk diubah menjadi panas dan panas itu dikeluarkan dari kulit. Semacam prankster. Pas uv masuk, tada! ada chemical sunscreen yang siap mengubahnya menjadi panas lalu mengeluarkannya kembali. Contoh kandungan yang terdapat pada chemical sunscreen adalah oxybenzone, avobenzone, octocrylane, octisalate, homosalate, or octinoxate. Ada banyak sekali bahan chemical sunscreen, bisa baca-baca komposisi produk di incidecoder untuk tahu macam-macam nama sunscreen. Bahkan bisa tahu kandungan yang kontroversi dan dibanned.
Lanjut. Dibalik penggunaan yang cenderung lebih nyaman chemical ketimbang physical, beberapa kandungan chemical sunscreen menuai kontroversi karena membawa dampak buruk bagi lingkungan seperti koral dan terumbu karang di laut. Selain itu, chemical sunscreen cenderung bisa mengiritasi kulit yang lagi sensitif karena tidak seperti physical yang cuma diam diatas kulit bengong ngelapisin dan tukang ngusir, chemical menembus ke lapisan kulit.
Jadi kesimpulannya pilih yang mana? perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan telah membawa kita kepada produk-produk yang berformulasi baik. Ada physical sunscreen tapi whitecastnya samar banget, ringan dipakai. Ada juga chemical sunscreen yang ringan enak dipakai sehari-hari dan tidak mengiritasi kulit. Termasuk sekarang ada inovasi yang namanya hybrid sunscreen. Paduan antara bahan kandungan aktif di physical dengan chemical dalam satu produk.
Pilihlah sunscreen yang sesuai dengan kondisi kulitmu, jika belum yakin silahkan konsultasi ke spesialist ya beb. My personal choice: broad spectrum. bukan dalam bentuk spray. ukuran spf ga terlalu ku permasalahin. Daily comfy wearable. Non comedogenic.
Baca juga: 3 Rekomendasi Physical Sunscreen dan Chemical Sunscreen dalam bentuk gel, krim dan sun stick yang fungal acne safe ala busiti
Perlukah double cleansing setelah memakai sunscreen?
Sunscreen adalah topeng yang melindungi kulit dari sinar matahari. Seperti membentuk lapisan di muka. Sunscreen ini mudah bergeser, mudah hilang dengan sendirinya, kena keringat juga bisa hilang, pake berenang hilang, kena spons bedak juga bisa kegeser, ya kan? Makanya perlu dipakai berulang-ulang. Sekalipun itu sunscreen dengan klaim sweat-proof, waterproof. Karena there isn’t such a thing as “waterproof” sunscreen. Kalau kata Paula, FDA (semacam BPOMnya amerika tapi juga jadi rujukan mancanegara gitu) sudah melarang penggunaan kata waterproof dan sweatproof di sunscreen karena ga ada sunscreen yang waterproof. Water resistant bukanlah waterproof. Itu pun resistant-nya berkisar 40-80 menit.
Karena kemudahannya dalam menghilang ini, berarti sunscreen bisa hapus tanpa kena first cleanser dulu. Cukup dengan sabun cuci muka ber-surfactant (mild or harsh). Kecuali terus-terusan ngolesnya. kan ga tau tu sunscreennya yang bagian mana aja udah bergeser, karena ketutupan bedak misalnya. jadi ada kemungkinan kan pas re-apply sunscreen jadi numpuk, numpuk dan numpuk. Sabun cuci muka yang mengandung surfactant ‘keras’ macam SLS mampu membersihkan segala yang di muka sampe yang bagus-bagus ada dimuka juga dibabat, belum lagi cuci mukanya pake adegan ngegosok-gosok segala.
Secara logika, itu sunscreen luruh tanpa first cleanser. Secara science biar mbak ini yang menjelaskan. Tapi karena kemungkinan sunscreen itu bahannya comedogenic juga (dikulit gw, hampir semua sunsscreen yang gw pake bikin komedo atau clogged pores/pori tersumbat) dan diaplikasikan secara berkala, berulang-ulang, jadi ya first cleanser tetap dibutuhkan.
Baca juga: Rekomendasi 3 Micellar Water untuk kulit dehidrasi, kering sensitif dan fungal acne safe. ala busiti
Kesimpulan: 5 Cara Melindungi Kulit dari Sinar UV Ala Bu Siti
Dari paparan diatas, kita tarik simpulan awal dalam memilih produk proteksi kulit wajah:
- Memakai produk sunscreen (physical, chemical or hybrid) berlabel Broad Spectrum atau ada keterangan SPF (minimal) 30 PA++++ (plus-nya empat kali) di produknya
- usahakan juga cari yang non comedogenic karena formula sunscreen ‘biasanya’ terdapat bahan yang mau ga mau nimbulin komedo.
- Reaplikasi sunscreen dengan patokan waktu adzan jika aktifitas tidak full outdoor. Karena biasanya masuk waktu zuhur juga jam istirahat, kalau tiap 2 jam reapply di dalam ruangan nanti kerjaan terbengkalai. Terkecuali lagi kerja yang memang terpapar sinar matahari bebas hambatan.
- menggunakan items lainnya seperti berpakaian tertutup saat aktifitas diluar rumah, pakai kaos kaki, kacamata dan kerudungan serta masker
- selalu bersihkan dengan micellar water untuk mengurangi kemungkinan penumpukan kotoran debu dan residu sunscreen yang ditumpuk ma make up
Nah segini dulu, saatnya istirahat. Jangan lupa, pakai sunscreen. Saya sempat dan ga pake. Tapi sudah mulai merajinkan diri untuk terus pakai sunscreen. Karena UVB membakarmu, UVA menuakanmu. Dan jangan hanya mengandalkan sunscreen atau sunblock saja untuk perlindungan. Selain juga gaya hidup sehat dan sunscreen atau sunblock, lengkapi dengan perlindungan lain seperti kacamata yang bisa block uv rays, topi dan lainnya. Permisi…
[…] Baca juga: Sunscreen dan Krim Penghambat Melanin […]
[…] Sunscreen Pilihan Fungal Acne Safe […]
[…] Sunscreen Pilihan Fungal Acne Safe […]
[…] Simak 5 Cara Peduli Lindungi Kulit dari Sinar UV […]
[…] Simak 5 Cara Peduli Lindungi Kulit dari Sinar UV […]