EDITOR'S PICK

Belajar dari Kegagalan Start Up yang Gulung Tikar

‘Pengalaman adalah Guru berharga’ masih relevan untuk diterapkan. Termasuk ketika memulai membuka usaha sendiri. Ada banyak kisah gemilang dan jatuh bangun dari pebisnis yang bisa kita pelajari untuk mempertahankan dan mengembangkan usaha. Tapi ada juga kisah lain yang meski usahanya tak cukup berakhir gemilang, namun tetap bisa dijadikan pertimbangan pemikiran dalam menjalankan bisnis.

Adalah Jody Sherman, yang awal mulanya mendirikan Sprout Baby, sebuah situs yang menyediakan makanan bayi yang sehat dengan harga terjangkau, di perjalanan usahanya kemudian berkembang menjadi usaha startup dengan campaign “it’s all good” bernama ecomom (ditulis dengan huruf e kecil sesuai dengan logonya). Sebuah situs belanja yang mengusung konsep one stop shopping, mengkhususkan diri menjual dan menyediakan keperluan rumah tangga juga kebutuhan untuk anak dan Ibu yang eco-friendlygreen concept dan aman digunakan untuk pribadi maupun di rumah.

Jody menghimpun dana dari orang-orang, terutama para koleganya, agar turut memberikan pendanaan untuk ecomom. Usahanya membuahkan hasil. Dana demi dana berhasil dikumpulkan dan kemudian berdirilah ecomomStartup-nya pun berjalan dan tampak lancar-lancar saja. Hingga di bulan Januari tahun 2013, dalam usia 47 tahun, Jody mengakhiri hidupnya dengan tragis. Karena peristiwa itu, kemudian perusahaannya di investigasi guna menemukan satu-dua alasan dibalik pilihan yang diambil Jody.

Dari hasil investigasi tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa perusahaannya sedang mengalami krisis keuangan yang serius. Sebagaimana yang dituangkan oleh Philip Prentiss yang menjabat sebagai ecomom Company Controller, bertugas melaporkan perkembangan keuangan perusahaan termasuk mengurus invoices, income statements dan keuangan secara keseluruhan langsung ke CEO perusahaan. Kesaksiannya tersebut dituangkan dalam tulisan Ecomom Post Mortem yang diunggah akun ashontell pada tanggal 23 April tahun 2013 di Scribd.

Pada tulisannya tersebut, Philip menuangkan ketidakmampuan Jody dalam memahami margin perusahaan dan laporan keuangan. Strategi mendapatkan pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan lama dengan memberikan diskon melalui pihak ketiga, jumlah diskon yang besar dan sering, membuat keuangan perusahaan turut goyang. Karena perusahaan ecomom bukan perusahaan dengan modal besar sehingga sulit untuk dapat terus-menerus menerapkan diskon.

Selain itu, ada banyak faktor penyebab gulung tikarnya ecomom. Dilansir dari sebuah artikel yang ditulus Alyson Shontell, berjudul “The Story Of A Failed Startup And A Founder Driven To Suicide” yang dipublikasikan pada situs businessinsider tanggal 5 April 2013 mengungkap, bahwa Jody tak cukup cermat dalam mengelola keuangan. Sifatnya yang royal, membuatnya menggaji karyawan dengan gaji yang tak umum pada saat itu. Termasuk ketika melakukan strategi pemasaran dan pelayanan konsumen, Jody memberikan diskon dalam jumlah yang cukup besar dan dilakukan secara kontinyu. Hal itu kemudian berdampak pada keuangan perusahaan. Suatu produk berkurang nilai keuntungannya karena dipotong diskon, ditambah lagi harga jual setelah dipotong diskon dibagi antara Ecomom dengan situs tempatnya memasang kupon diskon.

Pun, keuangan pribadinya yang terbelit hutang personal dan kartu kredit serta pengabaiannya untuk membayar pajak, menimbulkan denda demi denda. Jody juga tak membagikan persoalan keuangan kepada pendiri lain dalam startupnya. Tidak cukupnya transparansi keuangan juga menyulitkan pelacakan keuangan pribadi dan perusahaan.

Senada dengan hal itu, artikel berjudul “Ecomom’s aggressive discounting culture should be a cautionary tale for all of ecommerce” yang ditulis Sarah Lacy dan diunggah tanggal 18 Februari 2013 pada situs Pando, juga mengungkapkan bahwa penggunaan strategi marketing dengan memberikan diskon memang menguntungkan dan memanjakan customer, tetapi begitu diberhentikan, penjualan merosot. Taktik seperti ini tidak bisa diterapkan secara terus-menerus. Ini disebabkan customer tidak berbelanja karena loyal, tetapi karena memburu diskon. Mengetahui perusahaan sudah terbiasa memberikan diskon dengan waktu yang sering, customer akan memilih menunggu tibanya waktu diskon untuk membeli.

***

Belajar dari peristiwa tersebut, selain karena strategi marketing, dalam hemat saya, sumber pendanaan perusahaan juga memegang peranan penting dalam keberlangsungan menjalankan suatu usaha. Jika di Indonesia, penanaman modal dari dana perseorangan dalam suatu usaha lazimnya berbentuk suatu usaha non badan hukum bernama CV. Sedangkan perusahaan yang dananya diperoleh dari subyek lain yang turut menanamkan modalnya, umumnya berbentuk suatu usaha badan hukum bernama PT.

Pemilihan bentuk usaha ini penting dari awal karena akan membantu dalam menjalankan dan mengelola perusahaan. Katakanlah suatu usaha berbentuk CV, penanam modal hanya sebatas menanamkan modal yang besaran nominalnya tidak ditentukan, berapa saja bisa dan penanam modal bersifat pasif. Kalau untung ya dapat bagian sesuai dengan modal yang ditanam. Jika tidak untung hanya menanggung rugi sebatas modal yang ditanamkan juga. Tidak turut campur dalam menjalankan usaha, sepenuhnya menyerahkan usaha tersebut pada sekutu aktif.

Berbeda dengan CV, PT selain ada jumlah minimal modal untuk disetorkan, tanggungjawabnya juga ditanggung bersama untung-ruginya sehingga penanam modal tidak bersifat pasif, melainkan turut bahu-membahu membangun perusahaan dan mengambil keputusan karena semua itu akan terkait pada konsekuensi hukum mengenai tanggungjawab suatu perusahaan. Karena modal besar yang sudah disetorkan di awal menjadi taruhan, katakanlah begitu.

ecomom yang berdiri dan dalam mengembangkan usahanya mengandalkan modal dari investor perseorangan yang dalam istilah bahasa asing disebut Angel Investor ketika mengalami kesulitan dalam pengelolaan perusahaannya tak mendapat bantuan pengelolaan langsung dari internal seperti penanam modal pada PT, yang kemudian membuat pendirinya menanggung semuanya sendiri dan berakhir dengan cara yang amat mahal. Demikian.

(tulisan ini pernah saya posting dengan isi dan judul yang sama di kompasiana tanggal  8 Februari 2021   21:02)

Anda mungkin juga suka...

Tinggalkan Balasan